Minggu, 14 November 2010

What is on your mind?


Fitri Puspitasari
19110769
1KA21

Apakah benar bahwa nenek moyang manusia adalah kera [?]
                                                                                                          
Tugas softskill kali ini masih membahas tidak jauh dari kehidupan sekitar anda, kali ini subjek utamanya adalah manusia. Untuk lebih jelasnya, kit abaca artikel yang telah saya buat di bawah.

Tahukah kalian, bahwa ada salah satu ilmuwan terkenal yang menyatakan bahwa manusia berasal dari makhluk sebelumnya, yang jika diurut-urutkan manusia mendekati hewan. Lalu, apakah benar nenek moyang kita adalah seorang atau bisa dikatakan seekor hewan? Apa pendapat anda dan bagaimana pendapat para ahli dan agama?

Beberapa ilmuwan yang mengemukakan teori evolusi, yaitu :

Erasmus Darwin; yang menyatakan bahwa kehidupan berawal dari asal mula yang sama dan respons fungsional diwariskan kepada keturunannya.

Jean Baptiste de Lamarck
Beberapa pendapatnya, yakni :
a. Semua organisme memiliki kemampuan menjadi organisme yang lebih kompleks.
b. Organisme dapat berubah sebagai respons terhadap perubahan lingkungan sekitarnya.
c. Organ tubuh makhluk hidup yang sering digunakan akan berkembang terus sedangkan yang tidak digunakan akan menyusut bahkan hilang.

Charles Robert Darwin
Dua pendapatnya, yaitu:
a. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau.
b. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.

Alfred Russel Wallace; menyatakan bahwa evolusi terjadi melalui proses seleksi alam (sama dengan pendapat Darwin).


Dari beberapa pendapat tersebut, ada perbedaan dan persamaan antara pendapat yang satu dengan yang lainnya. Namun, sangat disayangkan sampai saat ini teori-teori tersebut belum bisa terbukti dengan jelas. Yang saya tahu saat ini, bahwa manusia berasal dari simpanse atau monyet, menurut saya kemiripan ini dapat dilihat dari segi fisik manusia dan simpanse yang hampir mirip atau bisa dibilang mendekati.
Para ahli dan ilmuwan terus mengadakan penelitian dan masih saja belum mendapatkan jawaban mengenai ‘siapakan nenek moyang manusia terdahulu? Apakah benar, mengenai pendapat Darwin yang menyatakan manusia memiliki kemiripan atau kesamaan dengan simpanse atau monyet? Dari begitu banyak pertanyaan yang muncul, maka akan terus muncul banyak pertanyaan lainnya. Tapi, dari pertanyaan yang muncul begitu banyak, akan ada jawaban dari semua pertanyaan tersebut meskipun dibutuhkan waktu lama untuk menjawab dengan benar dan tepat sasaran.

Nah, coba kita jawab sendiri satu per satu pertanyaan tersebut dengan menggabungkan teori dan penelitian dari beberapa ahli dan ilmuwan. Sejak awal saya terus mengatakan manusia berulang kali, tapi tahukah anda pengertian dari manusia itu sendiri?
“Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna”
Begitulah pengertian singkat dan padat yang saya dan masyarakat umum ketahui.

Meskipun begitu, tahukah kalian bahwa manusia memiliki definisi berbeda-beda di setiap bidang yang berbeda pula. Berikut adalah beberapa definisi (klasifikasi atau pengertian) dari manusia secara Biologis, Rohani, dan Antropologi kebudayaan.

“Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi”

“Dalam hal kerohanian, manusia dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain”

“Dalam antropologi kebudayaan, manusia didefinisikan (dijelaskan) berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan”

Banyak manusia menganggap dirinya organisme terpintar dalam kerajaan hewan. Mengapa manusia disamakan dengan hewan? Mungkin maksud kalimat tersebut masih berhubungan atau menyangkut dalam bidang biologi, karena jika kita (manusia) diurutkan dari zaman purba atau zaman prasejarah maka kita (manusia) digolongkan dalam spesies primata, golongan mammalia (seperti penjelasan secara biologi di awal pembahasan).
Apakah hewan lebih pintar dari manusia?
Anda pasti bertanya-tanya bukan? Aneh? Memang aneh, anda pasti sudah pernah menonton film Beethoven, Buddy, Jack, dan film-film lain yang bertemakan kepandaian dan kecerdikan hewan, dimana hewan-hewan tersebut pintar melakukan banyak hal, dari bermain bola basket, volley, sepak bola, sampai berhitung. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk membuktikan kehebatan dan kepandaian hewan, kita dapat melihatnya secara langsung dari Dufan Ancol, disana ada dua ekor lumba-lumba yang pandai berhitung. Kita juga tahu, segala sesuatu yang dilakukan hewan tersebut telah dilatih terus-menerus oleh pelatihnya. Hewan dapat mengerti kata-kata perintah ayng diucapkan oleh manusia, namun apakah manusia dapat mengerti apa yang hewan katakan dan apa yang mereka rasakan? Padahal, hampir tiap hari kita berlatih bersama hewan tersebut bahkan sejak ia baru lahir kita sudah bersamanya. Meskipun ada beberapa hal yang kita mengerti dari sikap hewan peliharaan kita, tapi tetap saja kita tidak dapat mengerti arti kata-kata yang diucapkannya.
Dan dari sinilah kita mengetahui bahwa, manusia yang merupakan makhluk paling sempurna dan memiliki akal, tetap saja masih ada yang jauh lebih peka dan lebih hebat dibandingkan dengannya.
Kembali lagi ke pembahasan, banyak manusia yang menganggap dirinya adalah organisme terpintar dalam kerajaan (kingdom) hewan, meski ada perdebatan apakah cetaceans seperti lumba-lumba dapat saja mempunyai intelektual sebanding dengan manusia?
Tentunya, manusia adalah satu-satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar diantara semua hewan besar (jika diurutkan, Lumba-lumba memiliki yang kedua terbesar; hiu memiliki yang terbesar untuk ikan; dan gurita memiliki tinggi yang tertinggi untuk invertebrata). Meski bukanlah pengukuran mutlak (sebab massa otak minimum penting untuk fungsi "berumahtangga" tertentu), perbandingan massa otak dengan tubuh memang memberikan petunjuk baik dari intelektual relatif. (Carl Sagan, The Dragons of Eden, 38)

Dari banyak penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa pembuktian atau kebenaran tentang manusia yang berasal dari hewan atau simpanse belum bisa terbukti secara jelas, atau bisa dibilang belum 100%. Setiap para ahli dan ilmuwan mencari jawabannya, maka jawaban yang mereka peroleh akan menimbulkan pertanyaan baru. Misalnya, untuk menguji kemiripan atau kebenaran tentang teori Darwin, para ahli menguji atau mengetes DNA manusia dengan hewan (simpanse) dan hasilnya malah tidak ada kecocokan. Namun, setelah para ahli dan ilmuwan melakukan beberapa tes ke beberapa hewan lainnya malah ditemukan bahwa DNA manusia cocok dengan DNA yang dimiliki oleh hewan babi. Dari jawaban yang diperoeh itu, muncul pertanyaan baru. ‘Apakah nenek moyang kita adalah seekor babi?’ Setahu saya, untuk menguji kecocokan atau adanya hubungan darah dengan makhluk lainnya, kita dapat melihat atau mengujinya di uji tes DNA. Dari definisi manusia di atas, apakah kita disamakan dengan hewan? Jawabannya adalah tidak, berdasarkan al-Qur’an nur karim manusia tercipta dari segumpal darah, dimana darah tersebut yang akan membentuk manusia. Dari zaman nabi Adam hingga sekarang, pernyataan tersebut masih saya percayai. Karena, hanya Allah SWT yang dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan makhluk-makhluk yang telah ia ciptakan dan hanya DIA yang Maha Mengetahui dan lagi Maha Pencipta.

Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat (lebih) akan dirinya sendiri. Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri, keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari dari diri mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan.
Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies (makhluk) dominan di planet Bumi ini, dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Maka, saat ini tidak sedikit manusia yang bersikap sombong, padahal ada yang jauh lebih hebat dibandingkan dia. Manusia terlalu cepat menilai dan mengambil kesimpulan dan pada akhirnya dia (manusia) membuat kesalahan dari kesimpulan yang telah ia buat sebelumnya. Maka, ada pepatah yang mengatakan :
“ Pikirkanlah dulu matang-matang, baru berilah keputusan yang terbaik untukmu”

Namun, seperti yang saya bilang di paragraf sebelumnya, bahwa manusia zaman kini dengan mudahnya mengambil keputusan dan hanya memikirkan keuntungan pribadi saja tanpa memikirkan dampak negatif dari keputusan itu dan bagaimana caranya kita mengatasi masalah tersebut(?)
Jika itu benar, maka efek yang timbul akibat keputusan yang salah itu akan berdampak buruk bagi manusia-manusia lainnya, dimana masalahnya sulit teratasi. Anehnya, jika manusia adalah makhluk yang paling pandai di bumi, tapi tetap saja, mereka (manusia) hanyalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Hanya DIA-lah yang mengetahui segalanya, baik yang belum terjadi ataupun yang akan terjadi. DIA-lah yang tahu kapan umur manusia itu akan berakhir.
Guru mengaji saya pernah mengatakan ini :
“ Manusia dengan akalnya (bila digunakan dengan baik), bisa lebih mulia dari Malaikat.
Namun, dengan akalnya pula (bila salah guna) bisa lebih rendah dari binatang.”
 Maksudnya, manusia bisa menjadi yang terbaik dan bisa juga menjadi yang terpuruk (terburuk), tergantung dari pemanfaatan akal yang dia (manusia itu) miliki, ingin memilih yang berdampak positif atau berdampak negatif (bahkan dampaknya bisa lebih buruk dari yang dibayangkan).
Dari sekian banyak perbedaan dan kesamaan antara hewan dan manusia, ada pula perbedaan yang bisa dengan mudah kita lihat. Seperti halnya manusia, hewan juga memiliki hawa nafsu, hewan akan berburu jika mereka merasa lapar namun setelah mendapatkan makanan (mangsa) mereka akan kembali diam dan tidak melakukan apa-apa. Sedangkan manusia yang dianugerahi akal, mereka akan berfikir bagaimana cara mudah untuk memperoleh makanan yang halal dan bergizi tinggi tanpa mengeluarkan banyak biaya dan tenaga. Berbeda dengan hewan, setelah makan manusia masih terus berfikir bagaimana jika saya nanti lapar lagi, apakah perlu saya membeli stok makanan atau membawa bekal dari rumah? Manusia dengan akalnya dapat membedakan mana yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan serta dapat membedakan mana yang menjadi hak-nya dan menjadi hak orang lain. Sesungguhnya, manusia derajatnya harus lebih baik daripada binatang.
Tetapi dalam kehidupan nyata, menurut Al Madudi, kita selalu menyaksikan hampir pada setiap zaman justru sebagian besar manusia itu lebih tidak terkendali dalam memenuhi kebutuhan hawa nafsunya dibanding dengan binatang (hewan). Ini terjadi akibat dari lepasnya kendali dalam dirinya (manusia), karena akal yang seharusnya berfungsi mengendalikan hawa nafsu, namun pada prakteknya malah dikendalikan hawa nafsu. Menurut saya, sekan-akan tugas dan fungsi akal hanyalah memikirkan bagaimana caranya untuk memuaskan hawa nafsu. Ini semua bisa terjadi tiada lain dikarenakan tidak adanya kendali agama.
Di dalam Al Qur’an, dijelaskan bahwa manusia-manusia yang seperti ini tidak ubahnya binatang ternak bahkan jauh lebih rendah daripada binatang.

Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (Al A’raaf, 7 : 179).

Maksud dari ayat dia atas adalah mereka (manusia) yang memiliki akal tetapi tidak dipergunakan untuk berfikir pada jalan yang benar, mereka memiliki mata tetapi tidak dipakai untuk melihat yang benar, mereka memiliki pendengaran juga tidak dipakai untuk mendengar kalimat-kalimat Allah yang seharusnya dapat menuntun hidup mereka. Akhirnya mereka tidak ada ubahnya seperti binatang bahkan lebih rendah daripada binatang.
Lebih lanjut, Al Madudi menyatakan;
“Bila kita mau jujur melihat, kita tidak akan pernah menyaksikan ada sekelompok singa yang berusaha menyusun angkatan bersenjatanya untuk menyerang kelompok singa yang lain. Atau juga, kita tidak akan pernah menyaksikan ada seekor anjing yang berusaha untuk memperbudak anjing yang lain. Jujur saja, kita juga tidak akan pernah melihat ada seekor katak yang berusaha menutup mulut katak yang lain dengan tidak memberinya kesempatan untuk bersuara”.

Bila dilihat dari sisi ini, ternyata Hak asasi binatang (HAB) di dunia binatang itu jauh lebih terpenuhi dengan baik dibanding dengan Hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan manusia.
Kenapa hal ini dapat terjadi, padahal derajat manusia lebih tinggi dibandingkan hewan?
Mungkin memang benar, bahwa kehidupan bersosial hewan bisa menjadi contoh bagi manusia. Meskipun, manusia memiliki akal, terkadang mereka harus melihat ke bawah jangan selalu melihat ke atas dan mengabaikan yang di bawah, manusia juga harusnya lebih peka dan peduli terhadap lingkungannya. Semoga dengan melakukan beberapa perubahan pada diri manusia, akan mengubah cara berpikir manusia yang sekarang sudah parah serta dapat mengubah kehidupan manusia jauh lebih baik dari hewan.
 Kita para manusia, memiliki agama dan Tuhan masing-masing yang kita yakini dan percayai. Namun, sifat manusia yang tak pernah merasa puas tersebut malah membuatnya makin terperosok kedalam lubang yang dia (manusia) gali sendiri. Jadi, gunakanlah secara benar dan tepat agama dan Tuhan yang anda yakini dan percayai tersebut. Jangan sampai terbujuk rayuan para setan yang mengajak anda untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang mirip (sama) dengan hewan gunakan akal dan pikiran anda, contoh tindakan manusia yang menyerupai perilaku hewan yaitu ; main hakim sendiri, demonstrasi yang berujung kericuhan, dan masih banyak contoh lainnya. Jika hal ini masih terus berlanjut, maka derajat manusia lama-kelamaan akan disamakana dengan hewan yang selama ini ia pelihara.
Di zaman era globalisasi ini, akal dan pikiran manusia benar-benar diuji, segala sesuatu yang akan manusia kerjakan harus dipikirkan matang-matang, agar mendapatkan hasil yang sama dengan apa yang manusia itu inginkan. Tapi tetap akal yang mengatur dan mengendalikan hawa nafsu, bukan kebalikannya.
Kemajuan di segala bidang membuat manusia menjadi buta akan lingkungan sekitar, lupa akan kondisi orang lain, yang ia pikirkan adalah dirinya sendiri, bagaimana ia makan, apa yang akan ia makan dan apa yang akan ia pakai, dia tidak memikirkan orang lain lagi. Sungguh miris ketika saya benar-benar melihat kejadian seperti ayng digambarkan tersebut, seakan-akan antara sesama manusia hanya dilihat dari beberapa sudut saja, jika manusia tersebut masih memerlukan manusia yang lain maka ia akan mendekat, tapi jika ia merasa manusia yang lainnya tidak memberikan apa-apa ia langsung menjauhinya.
Kita ambil dari satu bidang, yakni kemajuan di bidang tekhnologi :
Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.

Pengertian teknologi secara umum adalah:
• proses yang meningkatkan nilai tambah
• produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
• Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan
• Sistem yang dapat berkerja dengan hasil pemikiran manusia

Kemajuan teknologi tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan seimbang dengan berjalannya kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap penemuan baru diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia agar mendapatkan suatu hal yang lebih mudah, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh penemuan-penemuan yang telah dihasilkan dalam beberapa dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
Contoh dalam posisi positif berkembangnya teknologi : manusia sebagai pengguna teknologi tersebut mendapatkan kemudahan misalnya seperti karyawan menggunakan sistem komputer sebagai alat primer di bidangnya. Sedangkan contoh dampak negatif yang telah di timbulkan oleh berkembangnya teknologi dalam kehidupan manusia misalnya seperti : penyebaran virus dalam dunia maya (internet) yang di sebabkan oleh errornya suatu data dan menyebar di dalam suatu jaringan.
Salah satu kemajuan di bidang teknologi yang bisa kita gunakan adalah Komputer dan internet. Dalam penggunaan teknologi ini masih perlu ditinjau apa dampak negatif dan dampak positif bagi manusia itu sendiri, akankah menimbulkan rasa ketergantungan yang menyebabkan manusia itu tak bisa terlepas dari teknologi dan hanya mengendalkan teknologi. Lama-kelamaan manusia akan mulai dikendalikan oleh teknologi tersebut, padahala manusia itu sendiri yang menciptakan dan membuatnya. Sifat manusia yang begitu banyak akan mempermudah manusia terjebak di dalamnya dalam waktu yang lama.
Meskipun kelihatannya ini adalah hal sepele, tapi kita bisa melupakan segala hal yang menjadi hak dan kewajiban kita, seperti makan, istirahat, mengerjakan tugas dan masih banyak lagi. Mungkin itu adalah sedikit dari dampak kemajuan teknologi, tapi yang paling membahayakan adalah hilangnya rasa kemanusiaan dan kepedulian manusia terhadap lingkungannya. Apa benar, manusia akan saling melupakan manusia lainnya?
Kita tak pernah menyadari kesalahan tersebut, sebelum kita merasakan sendiri dampak buruknya, dan saat kita menyadarinya kita telah terlambat untuk melakukan perbaikan.
Lalu, apa sih tujuan utama dari manusia itu sendiri? Jadi orang sukses ataukah menjadi artis selebritis? Bukan, itu bukanlah tujuan utama manusia melainkan itu adalah cita-cita atau impian. Lalu, apa tujuan hidup anda? Apakah hanya untuk bertahan hidup?
Bagi mereka yang tidak mempercayai adanya Tuhan, yakni orang Ateis, hanya yakin terhadap materi yang terindera. Menurut mereka sesuatu itu ada jika terdeteksi oleh indera, jika tidak maka ia adalah fiksi. Alam semesta beserta isinya bagi mereka – terjadi begitu saja – kebetulan yang yang indah. Dan manusia tidak ubahnya bagai binatang dan tumbuhan, hidup dalam jangka waktu tertentu kemudian mati.
Sehingga dalam pandangan mereka, dunia inilah awal dan akhir dan ini semua terjadi begitu saja tanpa ada keterlibatan Tuhan, karena mereka meyakini alam mempunyai mekanisme sendiri untuk mengatur dirinya sendiri.
Namun jika kita bicara jujur, sebenarnya tiap manusia mempunyai naluri keagamaan. Maka saya setuju dengan ungkapan sejarawan terkemuka Yunani 2000 tahun silam, Plutarch mengatakan, “Adalah mungkin bagi anda menjumpai kota-kota yang tidak memiliki istana, raja, kekayaan, etika, dan tempat-tempat pertunjukan. Namun tidak seorangpun yang dapat menemukan sebuah kota yang tidak memiki sesembahan atau kota yang tidak mengajarkan penyembahan kepada para penduduknya”. Ungkapan kuno ini benar. Ia menyatakan bahwa naluri keagamaan sesungguhnya adalah sesuatu yang bersumber dari fitrah manusia.
Kajian atas sejarah manusia menegaskan bahwa kepercayaan telah bersemayam dalam diri manusia sejak kurun peradaban kuno hingga saat ini. Berdasarkan penciptaan dan strukturnya, manusia adalah mahluk yang, tidak bisa tidak, musti memiliki keyakinan. Berdasarkan struktur inilah manusia diciptakan Allah. Namun begitu, manusia diberi hak memilih – patuh atau bermaksiat kepada-Nya.
Menurut Alquran,
“segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, termasuk manusia, hidup didalam naungan hidayah yang terbentuk secara fitri, yang mengantarkannya kepada Allah”.

Dari titik tolak inilah Islam berusaha menggiring pemahaman umat manusia untuk tidak menjadikan dunia ini, sebagai persinggahan terakhir, namun sebagai starting point untuk menuju kehidupan selanjutnya yang abadi dan hakiki, akhirat!
Oleh karenanya Alquran memberi perhatian khusus dan serius pada masalah kehidupan akhirat melebihi masalah-masalah lainnya. Misalnya saja, ayat-ayat hukum menerangkan berbagai masalah cabang (fủru’) hanya berjumlah 500 buah. Sementara, ayat-ayat yang berbicara tentang hari kebangkitan bejumlah lebih dari 1000 buah. Dari sini dapat dilihat Alquran memberikan perhatian serius pada masalah pemikiran dan keyakinan.
Jika hal ini mempunyai peranan sangat penting sepert ini, lantas apa arti semua ini? Kemerdekaan! Allah SWT menghendaki manusia untuk mengEsakan-Nya, dan menjadi manusia yang benar-benar merdeka bersama-Nya agar tidak menjadi hamba bagi segala sesuatu.
Dari penghambaan kepada Allah sajalah, akan lahir kemerdekaan manusia. Sebaliknya, dari kesombongan terhadap Allah, manusia akan diperbudak oleh segala sesuatu selain Allah. Dengan kata lain, peng-Esa-an dan penghambaan kepada Allah, memberikan kemulian dan kemerdekaan kepada manusia. Tanpanya, manusia menjadi budak bagi segala sesuatu yang diciptakanNya. Dan inilah tujuan hidup orang bijak yakni, merdeka bersama Allah, Tuhan yang menciptakannya.
Menurut saya, tujuan hidup masing-masing orang pada dasarnya adalah sama, yaitu memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat. Kita boleh mementingkan kehidupan dunia sekarang, tapi jika anda merasa takut dan percaya akan hari kiamat dan hari setelahnya maka anda harus segera memperbaikinya dengan tidak mengulangi kesalahan yang pernah anda lakukan atau masyarakat lebih sering menyebutnya taubatan nasuha.
Tujuan hidup manusia akan lebih diperjelas di paper (artikel) berikutnya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda.


“Manusia tidak ada yang sempurna, manusia memiliki banyak kekurangan,
Janganlah sampai kita menjadi manusia (makhluk) yang tidak taat
terhadap penciptanya yaitu Allah SWT.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar