Sabtu, 30 Oktober 2010

We know nothing atau We know all-things ?







“We know nothing” yang jika kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya ”kita tidak tahu apa-apa”.
“We know all-things” yang jika kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artunya adalah kita tahu segalanya.

Segalanya dimulai dari nol. Semua aktifitas yang kita lakukan dimulai dari ketidaktahuan, tidak tahu apa maksudnya, tidak tahu apa hasilnya, tidak tahu apa gunanya, dan lain-lain. dari ketidaktahuan tersebut maka akan muncul suatu rasa ingin tahu. Dari situ, muncullah suatu proses yang disebut pembelajaran. Setelah kita belajar, maka kita akan mengetahui bagaimana caranya, bagaimana metodenya, bagaimana melakukannya, dan lain-lain.
Dari mulai kita terlahir ke dunia ini, sebenarnya kita sudah mulai belajar hanya saja kita tidak menyadarinya, karena yang kita pelajari sudah begitu banyak. Ketika kita lahir ke dunia, kita belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada, padahal kondisi di dalam rahim dan di luar perut ibu sangat jauh berbeda. Dalam waktu setahun atau dua tahun berikutnya, kita lewati dengan belajar mengenali wajah kedua orang tua dan keluarga. Lalu, disusul dengan belajar merangkak, berjalan, berbicara, tata cara makan dan lain-lain.
Saat berumur lima atau enam tahun, kita mulai mengenal dunia pendidikan non formal seperti playgroup atau taman kanak-kanak (yang lebih dikenal dengan sebutan TK). Setelah itu, pendidikan formal yaitu SD, SMP, SMA dan pendidikan kita terus meningkat sejalan ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh selama proses tersebut. Selain pendidikan utama tadi, mungkin kita akan menambah ilmu selain di sekolah seperti di tempat les ataupun tempat kursus yang memiliki beraneka jenis dan macamnya. Di tempat yang berbeda-beda kita juga harus belajar bersosialisasi antar teman, baik sekelas atau beda kelas, satu sekolah atau beda sekolah.
Semakin bertambahnya umur, semakin banyak pula yang telah kita lewati dari masa kanak-kanak ke masa remaja lalu ke masa dewasa. Di setiap pertambahan umur, selain kita memperoleh ilmu dan pengetahuan, kita juga mendapatkan banyak pengalaman dan ketika umur tertentu dimana anda dikatakan telah dewasa atau cukup umur untuk memilih mana yang baik dan mana yang salah dengan memikirkan dampak atau resiko yang telah diambil.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Ilmu adalah cahaya”. Seperti yang kita ketahui, bahwa cahaya adalah penerang dalam kegelapan. Begitu juga dengan keadaan kita yang masih belum tahu apa-apa. Jika diibaratkan, saat kita mulai mempelajari sesuatu yang sama sekali kita tidak bisa atau tahu sebelumnya, kita bagaikan berdiri di dalam sebuah terowongan panjang yang gelap gulita. Di saat kita belajar, maka terlihat ada seberkas cahaya tampak dari ujung terowongan yang menandakan bahwa itu adalah jalan keluar terowongan tersebut. Namun, seberkas cahaya saja tak cukup untuk membantu kita keluar dari terowongan yang gelap gulita itu. Kita membutuhkan sebuah petunjuk arah atau petunjuk jalan yang mengarah ke ujung terowongan tersebut. Maka dari itu, saya menyebut bahwa ilmu adalah cahaya sekaligus penunjuk arah bagi kita semua.
Nah, dari pernyataan “we know nothing” dan “we know all-things” mana yang sekiranya cocok dengan diri anda? Pernyataan yang pertama atau pernyataan kedua? Secara pribadi saya lebih memilih pernyataan yang pertama, karena awalnya kita tidak mengetahui apapun tapi lama-kelamaan kita mencoba untuk mencari tahu tentang hal yang tidak kita ketahui sebelumnya. Dan jika saya memilih pernyataan kedua, akan ada pertentangan mengenai alasan saya sebelumnya, sebab jika semua orang sudah mengetahui segala hal lalu untuk apa ada sekolah dan guru? Bukan begitu?
Selain itu, alasan lain saya lebih memilih ‘we know nothing’ dibandingkan ‘we know all-things’ adalah ketidaktahuan kita yang mendorong kita untuk mencari hal-hal baru yang ingin kita ketahui dengan berbagai cara yang kita lakukan dan menemukan hal baru dan ilmu pengetahuan baru. Ada hal yang boleh (bisa) kita ketahui dan ada juga hal yang tidak boleh kita ketahui, seperti halnya soal kematian dan kiamat. Kapan anda akan meninggal, dimana dan bagaimana? Dan kapan kiamat itu akan datang? Kita tidak ada yang mengetahui kapan dan bagaimana pastinya itu akan terjadi, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Jadi, setiap orang memiliki pendapat atau pemikiran masing-masing mengenai apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui.
Untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan baru, salah satu caranya yakni ‘belajar dan banyak membaca’. Dengan membaca kita memperoleh sesuatu dalam bentuk teori atau tulisan, dan dengan belajar kita dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang tidak tertulis di buku serta kita juga bisa membuat penemuan baru mengenai apa yang kita ingin cari tahu. Tak perlu takut jika salah dan gagal, seperti kata pepatah yang mengatakan “ kegagalan adalah awal dari kesuksesan (keberhasilan)”. Berikut beberapa manfaat dari membaca yang dijelaskan oleh DR. Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA, sumber : ”Don’t be Sad” :
Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan,
1. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,
2. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata,
3. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,
4. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan mengingkatkan memori dalam pemahaman,
5. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana,
6. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup,
7. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat, terutama buku-buku yang ditulis oleh penuli-penulis muslim yang saleh. buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,
8. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya gara tidak sia-sia, dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat,
9. Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).

Banyak orang yang sukses berawal dari keadaan keras yang dia lalui. Kita semua punya waktu. Setiap hari kita memiliki jumlah waktu yang sama dengan Bill Gates, Einstein, Donald Trump dll. Jadi jangan menyerah dalam meraih impian kita.Pendiri Kyocera Group, seorang filantropis, dan pengarang buku A Passion for Succes, Kazuo Inamori, mengatakan dalam bukunya: Your own experiences and those of others that you acquire through reading can provide a spiritual framework to succeed in life. Ternyata, selain pengalaman hidup kita, buku merupakan faktor sangat penting lain dalam membawa keberhasilan dalam hidup.
“The more I read, the more I meditate; and the more I acquire, the more I am enabled to affirm that I know nothing”. “Semakin banyak saya membaca, semakin banyak saya bermeditasi; dan semakin banyak yang saya dapatkan, semakin menegaskan bahwa saya tidak tahu apa-apa”
If you do not learn, you do not change, If you do not change, you die .
Dengan demikian manusia itu bisa berubah dari bodoh menjadi pandai, darilambat menjadi cerdik ternyata dari belajar. Hanya perlu kita sadari bahwaperubahan itu bisa terjadi dipengaruhi pula oleh Mental Models yang ada padadirinya masing-masing, sehingga pengetahuannya ada yang sudah lebih dulu memperoleh, ada yang belakangan dan mungkin juga ada yang tidak mau mencari tahu, sehingga seolah-olah terbelakang. Yang pada akhirnya tidak berani mengemukakan ide atau gagasan, walaupun dalam dirinya mempunyai
setumpuk pengalaman, yang mungkin orang lain tidak mempunyai pengalaman
itu.
Karena mental models sangat berbeda maka harus ada upaya menyamakan persepsi sehingga bisa berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, sudah barang tentu harus ada kemampuan merefleksikan apa yang dipikirkan oleh orang lain juga harus mampu mengasumsikan apa yang dipikirkan orang lain. Disinilah mental models akan berubah manakala ada keseimbangan antara inqueri dengan advocasi. Bila tidak maka ide atau gagasan
itu tidak akan tertuang dan tidak akan bisa dimunculkan, apalagi bila dalam sebuah komunitas terdapat kebiasaan memperolok-olokan orang lain, sudah dipastikan ide atau gagasan itu akan tertimbun dalam-dalam di otak seseorang.
Ide atau gagasan yang dimunculkan ke permukaan akan bisa diperbaiki dan dilengkapi oleh orang lain, sehingga dikemudian hari bisa diaplikasikan dan diimplementasikan dengan baik. Sesungguhnya Allah maha besar dan maha murah telah membentuk otak manusia dalam dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan, kedua otak ini harus sama sama terlatih secara seimbang supaya mampu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan mampu mengungkapkan.
Lalu, apakah dengan banyak membaca buku dan belajar kita akan menjadi orang pintar dan sukses? Mungkin hasilnya anda akan menjadi orang pintar, namun anda tidak sukses. Segala kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi pada siapa pun dan kapan pun, misalnya anda termasuk orang terpandai di kelas bahkan di sekolah, tapi ketika anda mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri anda malah gagal. Teman anda yang terlihat biasa saja, bahkan termasuk anak yang pemalas di kelas malah dia berhasil masuk perguruan tinggi negeri hanya dengan sekali mengikuti ujian masuk. Kenapa bisa terjadi seperti itu?
Dapat disimpulkan bahwa jika anda termasuk orang-orang pintar dan cerdas bukanlah suatu jaminan anda akan menjadi orang yang sukses. Segala sesuatu yang kita lakukan dan ingin kita capai harus diiringi dengan usaha dan doa terus-menerus. Tapi, bukan berarti anda tidak boleh menjadi orang pintar dan cerdas lho..

“ Sukses datang bukan dari apa yang kita ketahui, melainkan dari siapa yang kita kenal dan bagaimana kita membawa diri terhadap masing-masing orang tersebut.” (Lee Iacocca, CEO Mobil Eropa Chrysler).

“ Dekatkan dirimu dengan tuhanmu ,berdoalah ,memintalah namun tanpa meninggalkan hakekat dari usaha yang kau lakukan “. Mario Teguh.

Cara meningkatkan minat baca :
Yaitu dengan cara membangun motivasi membaca (motivation to read) terlebih dahulu. Motivasi internal atau motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri lebih utama. Kita juga bisa membaca riwayat hidup biografi tokoh-tokoh nasional dan internasional untuk memotivasi diri kita. Coba simak aktivitas intelektual yang mereka lakukan. Hampir semua tokoh menyukai aktivitas membaca dan seakan-akan tak bisa hidup tanpa membaca.
Setelah kita benar-benar termotivasi, maka kita perlu membuat target membaca. Buku apa yang harus dibaca hari ini? Berapa buku yang harus dibaca dalam rentang waktu seminggu? Target membaca yang kita buat dengan sendirinya akan memantapkan motivasi kita. Dengan menetapkan target membaca, maka kita berusaha membentuk kebiasaan membaca. Harus ada komitmen kuat dalam diri kita untuk mematuhi target membaca yang telah kita canangkan. Kita juga bisa menyuruh orang tua kita untuk mengontrol aktivitas membaca kita.
Membaca adalah perilaku positif. Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Ketika aktivitas membaca sudah menjadi kebiasaan, maka aktivitas membaca pun terus kita lakukan tanpa harus dipaksa dan diminta oleh guru atau tuntutan ujian sekolah.
Membaca tidak harus berupa buku. Banyak bahan bacaan yang bisa kita baca, misalnya surat kabar, internet pun juga bisa menjadi sumber bacaan.
Membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang berguna bagi kehidupan kita semua. Seperti fisik yang perlu diberi makanan, demikian juga dengan otak kita. Membaca merupakan makanan terbaik bagi otak kita.
Ada ungkapan, jika kita bertemu dengan seorang teman yang berpisah lama, biasanya perubahan yang terjadi terhadap orang tersebut disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, pengalaman hidup yang dilaluinya; kedua, lingkungan sekitarnya; dan terakhir, buku-buku yang dibacanya.
Melalui buku kita dapat menambah pengetahuan tentang suatu bidang ilmu. Melalui buku kita bisa menjelajahi dunia, termasuk tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Melalui buku kita bahkan bisa ‘mengenal’ orang-orang ternama, walaupun kita mungkin belum pernah berjumpa sebelumnya, dan belajar dari pengalaman hidup mereka. Melalui buku kita juga bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya menjadi ‘rahasia’. Dan melalui buku kita bisa lebih mengerti hidup ini.
Selain manfaat-manfaat di atas, pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang jika kita hanya mau menginvestasikan waktu 1 jam setiap hari selama 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Mari kita berhitung sejenak. Setahun 360 hari kerja dikali5 tahun sama dengan 1.800 jam. Siapa pun yang belajar suatu bidang ilmu selama 1.800 jam tentunya sudah pasti menguasainya secara mendalam.
Membaca juga menaikkan kualitas hidup kita ke tingkat lebih tinggi. Membaca menyebabkan terjadinya perubahan cara berpikir, yang tentunya diikuti dengan perubahan kualitas hidup, baik segi fisik, keuangan, karir, mental, sosial, dan bahkan spiritual.
Kita dapat memulai kebiasaan membaca dengan cara membuat komitmen untuk membaca sebuah buku setiap minggu. Dalam setahun ada 52 buku, berarti telah terjadi kemajuan sebesar 52 buku dalam hidup. Bayangkan perubahan positif yang terjadi terhadap hidup kita dengan penambahan pengetahuan dan wawasan 52 buku.

Ada seorang pilsuf dan negarawan Romawi, Cicero, menuliskan 6 kesalahan manusia yang gagal mendapatkan keberhasilan ,catatan ini di tulis 2000 tahun yang lalu.
1. Mengira sebuah kesuksesan pribadi bisa di peroleh dengan cara menghancurkan orang lain.
2. Mengkuatirkan hal – hal yang sesungguhnya tidak dapat di rubah atau di perbaiki lagi.
3. Karena kita tidak dapat menyelesaikannya maka meyakin – yakinkan diri sendiri bahwa pekerjaan itu memang tidak mungkin bisa di tuntaskan.
4. Berkonsentrasi pada hal – hal kecil dan menolak untuk menyingkirkannya.
5. Mengabaikan kemampuan otak dalam menyelasaikan masalah dan tidak mengembangkan sikap rajin membaca.
6. Mendesak orang lain untuk hidup dan berfikir seperti yang kita kehendaki.
7. Menyangkal diri bahwa mereka memilik bakat. Dengan demikian mereke tidak perlu memberikan kontribusi apa – apa.
8. Menunda – nunda. Mereka berfikir akan mengembangkannya nanti, besok atau entah kapan.
9. Rasa takut. Mereka takut gagal dan memutuskan untuk “cari aman” daripada harus mengembangkan bakatnya.
10. Tidak mau bertanggung jawab. Mereka selalu berdalih bahwa orang lain atau keadaanlah yang salah.

“Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha saadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia”.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ilmu

Secara sadar maupun tidak sadar, kita haus akan ilmu dan pengetahuan. Kita membutuhkan ilmu dan pengetahuan itu untuk bisa melakukan sesuatu. Kita bersekolah pun untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya sekedar untuk mendapatkan nilai belaka. Di sekolah, misalkan saat guru bertanya kita pun harus punya ilmu dasar untuk menjawab pertanyaan itu. Walaupun sekolah adalah tempat belajar dan dalam proses pembelajaran keselahan itu wajar, tapi bukan berarti kita bisa enjawab dengan bebas tanpa tahu ilmu dasarnya. Setelah murid menjawab dan bila jawaban tersebut salah, maka tugas guru adalah mengoreksi. Jika jawaban sudah benar tapi masih kurang lengkap, maka tugas guru pula untuk melengkapi. Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak hanya bersumber dari guru. Bisa saja sesame teman saling mengajari. Jadi, ilmu bisa didapat oleh siapa saja.
Sampai saat ini mungkin masih banyak yang bermalas-malasan saat sekolah maupun kuliah. Terkadang saya juga berfikir seperti itu, berpikir bahwa sekolah dan kuliah yang selama ini saya jalani hanya sebagai formalitas saja. Karena setelah sekolah dan kuliah, kita dituntut untuk bisa unjuk gigi di dunia kerja. Sedangkan sekarang ini kita semakin sering mendengar kisah sukses seseorang yang tingkat pendidikannya tidak tinggi, atau mungkin tidak lebih tinggi dari kita. Tapi, ada satu atau mungkin banyak hal yang mereka da kadang saya juga,lupa. Mereka yang sukses mempunyai skill yang kuat. Mungkin skill mereka memang bukan di bidang akademis, tetapi di bidang lain sehingga luput dari pengamatan kita. Mereka juga biasanya mempunyai niat dan usaha yang gigih meski mereka mengalami banyak tantangan dan hambatan. Sehingga perpaduan dari ilmu atau skill dan usah akan menciptakan suatu kesuksesan.
Selain ilmu dan pengetahuan, kita memperoleh pengalaman. Saat kita sukses, kita terus belajar agar dapat mempertahankan kesuksesan. Disaat kita gagal, itu artinya kita harus belajar dan berusaha lebih keras lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan.
Sumber : http://kuliah.ownedbyicha.com/2010/10/weknownothing/

Mungkin kita pernah mendengar pepatah yang berbunyi “manusia tidak pernah puas”, saya menangkap pepatah ini dalam dua pengertian yakni negatif dan positif. Negatif karena terkadang dalam kehidupan ekonomi manusia tidak pernah puas akan apa yang telah dimilikinya dan terus mencoba melebihi apa yang sudah jadi batas kemampuannya, sehingga sehingga hidupnya bersifat konsumtif bukan produktif. Positif karena manusia tak pernah puas akan ilmu, pengetahuan, informasi, dsb yang dimilikinya sehingga manusia akan terus dan terus belajar dalam hidupnya. Inilah maksud dari “We Know Nothing” sebagai manusia terus belajar dan menggali ilmu adalah hak tiap individu.
Dalam menggali ilmu (pendidikan) biasanya kita langsung berfikir tentang sekolah padahal menggali ilmu itu sendiri dibagi menjadi 2 macam, formal dan non formal.
• Pendidikan formal: merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
• Pendidikan nonformal: paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya. Program – program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A, B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

Dalam dunia yang terus berkembang, tentu kita dituntut untuk terus belajar dan menggali informasi. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menggali informasi baik itu membaca, bergaul, bermain, dsb kita bisa mendapatkan informasi bahkan belajar suatu hal. Kita harus membuka wawasan kita ke lingkungan sekitar, kita harus membuka mata dan telinga akan apa yang ada di sekitar kita karena apa yang kita dapatkan di sekolah maupun perkuliahan tidak akan bermakna jika kita tidak mengaplikasikannya di masyarakat. Di era globalisasi ini setiap individu memang dituntut lebih kreatif, kekreatifitasan ini tentu bisa didapatkan dari masyarakat. Orang yang menutup mata-telinganya akan apa yang ada dan terjadi di masyarakat tidak akan pernah berkembang. Menutup mata-telinga maksudnya adalah tidak mau mencari akan informasi dari lingkungan sekitar, baik itu dalam dunia nyata maupun dunia maya.
Belajar tentu harus memiliki motivasi tertentu, mengapa demikian? Ini dikarenakan belajar haruslah berdasarkan niat dari diri individu itu sendiri. Dengan adanya niat yang kuat akan muncul suatu motivasi yang membuat belajar menjadi semakin mengasyikan. Belajar yang monoton akan menimbulkan suatu kejenuhan. Inilah yang sedang marak terjadi di pendidikan Indonesia. Begitu banyak tuntutan kepada murid baik itu tugas maupun materi pada kurikulum yang padat dan berubah-ubah.
Kita telah membahas apa maksud dari “We know nothing” , belajar adalah kata kata kuncinya. Lalu bagaimana dengan “we know all-things” mengapa mengetahui segala hal tidak jauh lebih baik daripada mempelajari berbagai hal? Mengetahui berbagai hal memang didambakan setiap orang, karena ini terkesan menggambarkan orang yang cerdas, pandai, berwawasan luas, dsb. Namun tahukan kalian akan dampak yang negatif dari “we know all-things” ini? Kadang orang yang sudah mengetahui segala hal akan menjadi sombong dan malas, karena dia merasa dirinya telah mencapai titik puncak dari suatu pengetahuan. Ini juga bisa berdampak ke hubungan sosial, orang di sekitarnya tidak akan memiliki interesting dalam berbicara dengan dirinya. Ini hanya sebagai contoh mengapa “we know all-things” tidak lebih baik dari “We know nothing” karena menurut saya ini hanyalah perbedaan paham dan cara kita memandang bagaimana kita menghadapi ilmu pengetahuan dan informasi di sekitar kita. Mudah saja, orang yang berfikiran “We know nothing” akan terus berkembang dibandingkan dengan orang yang berfikiran “we know all-things”.

“Jika kau hanya melakukan apa yang kau tahu bisa kau kerjakan, kau tidak akan bisa berbuat lebih.” Tom Krause (1934), motivator, guru, dan pelatih”.
Kalimat emas ini jelas menggambarkan jika kita hanya melakukan apa yang kita bisa dan ketahui itu hanyalah akan menjadi sia-sia, karena kita tidak akan mendapatkan hal yang berguna untuk masa depan kita. Mencoba hal baru adalah hal yang dianjurkan dalam quotes ini, karena dengan bereksperimen akan hal yang belom pernah kita lakukan akan memberikan pengetahuan baru yang tentunya akan berguna untuk masa depan kita. Kita tahu pengalaman adalah guru yang paling baik, maka dari itu dengan kita mencoba berbagai hal kita akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang membuat kita menjadi semakin matang.

“ Untuk menjatuhkan orang, anda harus jatuh bersama mereka. Sebaliknya, ketika anda mengangkat orang, anda pun ikut terangkat.”
Sumber : http://alxsandy.wordpress.com/2010/10/07/we-know-nothing-is-better-than-we-know-allthing/

Semoga populer ilmiah ini dapat membantu anda. Terima kasih.

Nama : Fitri Puspitasari
NPM : 19110769
Kelas : 1KA21
Angkatan : 2010
Sistem Informasi, Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar