Minggu, 03 Oktober 2010

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Sejak lahir, manusia telah menjadi makhluk individu untuk menjadi dirinya sendiri, sebagai pribadi terpisah dari yang lainnya. Sebagai contoh, saat seorang bayi (anak kecil) menangis, sementara orang lain tidak mengetahui alasan tangisannya. Maka, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk individu yang merupakan satu organisme yang berdiri sendiri.

Seorang anak balita belum bisa memperoleh dan mengolah makan sendiri, ia tidak dapat hidup jika orang tuanya tidak memberinya makan dan minum. Hal ini disebut manusia sebagai makhluk sosial, dimana ia tidak dapat hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Maka, manusia bisa dikatakan sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia satu sama lain saling berinteraksi dan saling membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam menjalin hubungan di lingkungan sekolah misalnya, bisa dilakukan dengan cara berteman dan bergaul antar siswa. Dan dalam kehidupan bermasyarakat kita dapat bersosialisasi dengan cara menjalin silaturahmi dalam mengikuti acara yang diadakan oleh ketua RT setempat. Selain itu, masih ada banyak hal lain yang masih bisa kita lakukan dalam kehidupan sosial di lingkup masyarakat (tetangga), tanpa mengganggu privasi mereka.

Namun, dalam bersosialisasi kita harus bisa membedakan mana yang berdampak baik dan mana yang berdampak buruk untuk kita, apalagi di era globalisasi seperti ini. Sekarang, hal yang termasuk linkup pribadi (privasi seseorang) telah berubah menjadi rahasia publik yang bisa dipublikasikan melalui media-media komunikasi yang telah ada. Ini menyebabkan proses penyebaran yang sangat pesat di masyarakat.
Untuk itu, kita harus tahu batasan-batasan dimana kita dapat berbicara bebas tanpa menyinggung wilayah atau hak privasi orang lain. Karena, jika kita melewati jalur atau batasan tersebut, efek ataupun dampak buruknya akan kembali kepada kita sendiri.

http://www.google.co.id/imglanding?q=hubungan+sosial+masyarakat&um=1&hl=id&sa=N&tbs=isch:1&tbnid=ZKzyx1Pv5XIh9M:&imgrefurl=http://edukasi.kompas.com/read/2010/01/27/14235367/Guru.Besar.UI:.Konstruksi.Realitas.Kian.Bebas..&imgurl=http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/01/27/1422173p.jpg&zoom=1&w=400&h=250&iact=hc&ei=8YeoTPLRLIqavgOSlsDTDA&oei=24eoTNTDCJ_9cJz7oOYM&esq=5&page=5&tbnh=132&tbnw=216&start=60&ndsp=15&ved=1t:429,r:12,s:60&biw=1024&bih=581

Maka, pilihlah teman bergaul yang baik-baik. Bukan berarti kita jadi pilih-pilih teman berdasarkan kasta atau tingkatan kekayaannya. Jangan sampai, kita terjebak di pergaulan yang salah. Carilah teman sebanyak-banyaknya, tapi tetap dalam jalur yang baik untuk kita, baik jasmani maupun rohani kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar